Selamat Datang di Blog PSK 07

Wednesday 8 January 2014

Resensi Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

 RESENSI FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK




Sebuah film yang diangkat dari novel terkenal yaitu Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan film dengan masa tayang terpanjang dalam sejarah film Indonesia. film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films

Dari novel berjudul sama yang terbit pertama kali sebagai cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat tahun 1938. Dalam bentuk buku novel ini terbit tahun 1939. Novel ini memasalahkan adat yang berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih. Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini diadaptasi dari novel dengan judul sama karya sastrawan terkenal Buya Hamka pada tahun 1938. Film yang disutradarai oleh Sunil Soraya ini akan dirilis pada 19 Desember 2013.
 Film ini membutuhkan sedikitnya 600 pemain dengan 100 diantaranya harus berperawakan bule karena film ini mengambil set di zaman penjajahan Belanda era 1930-an. Proses pembuatan film ini memakan waktu hampir 5 tahun karena memang diperlukan riset untuk melengkapi itu semua, baik dari segi alur cerita, busana, dll. Proses syuting dilakukan di beberapa kota besar seperti Padang, Medan, Batam, dan Makassar.

Film yang posternya sempat di protes oleh masyarakat Minang karena dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami ini dibintangi oleh bintang-bintang muda terkenal seperti Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian. 
Nusantara 1930. Dari tanah kelahirannya, Makasar, pemuda tampan berdarah Minang-Bugis bernama Zainuddin diperankan Herjunot berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana ia bertemu dengan dara cantik keturunan minang, yaitu Hayati diperankan oleh Pevita Pearce. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Tapi, adat menghalangi. Zainuddin hanya seorang melarat tak berbangsa, sementara Hayati perempuan Minang keturunan bangsawan.

Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.

Karena berdarah campuran, Zainuddin dianggap tak bertalian darah dengan kerabatnya di Minang. Karena merasa terasingkan, Zainuddin sering curhat pada Hayati lewat surat hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Seiring berjalannya waktu, Zainuddin pun memutuskan pindah ke Padang Panjang sesuai permintaan ibunda Hayati.

Namun sebelum berpisah, Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia. Namun, Hayati terpaksa menikah dengan Aziz. Mendengar pernikahan itu, Zainuddin geram dan pergi ke Surabaya. Di sana, ia menjadi penulis terkenal dan hidup berkecukupan.

Ternyata Aziz dan Hayati juga pindah ke Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Lambat laun, rumah tangga mereka di ambang kehancuran, ditambah lagi Aziz dipecat dari pekerjaannya. Hayati bersama Aziz yang mulai hancur karena dihantam berbagai masalah lalu menumpang hidup di rumah Zainuddin. Di balik kebaikan Zainuddin itu, sebenarnya dia masih sakit hati kepada Hayati yang dulu dianggapnya pernah ingkar janji.

Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya.

Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. 

sunting: dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment