RESENSI FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
Sebuah film yang diangkat dari novel terkenal yaitu
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan film dengan masa tayang terpanjang
dalam sejarah film
Indonesia. film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya
Intercine Films
Dari novel berjudul sama yang terbit pertama kali
sebagai cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat tahun 1938.
Dalam bentuk buku novel ini terbit tahun 1939. Novel ini memasalahkan adat yang
berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta
sepasang kekasih. Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim
Amrullah.
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
ini diadaptasi dari novel dengan judul sama karya sastrawan terkenal Buya Hamka
pada tahun 1938. Film yang disutradarai oleh Sunil Soraya ini akan dirilis pada
19 Desember 2013.
Film yang posternya
sempat di protes oleh masyarakat Minang karena dinilai tidak sesuai dengan
nilai-nilai Islami ini dibintangi oleh bintang-bintang muda terkenal seperti
Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian.
Nusantara 1930. Dari tanah kelahirannya, Makasar, pemuda
tampan berdarah Minang-Bugis bernama Zainuddin diperankan Herjunot berlayar menuju
tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana ia bertemu dengan dara cantik keturunan minang, yaitu Hayati diperankan oleh Pevita Pearce. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta.
Tapi, adat menghalangi. Zainuddin hanya seorang melarat tak berbangsa,
sementara Hayati perempuan Minang keturunan bangsawan.
Pada
akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah
dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai
keluarga Hayati daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk
berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit
melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya.
Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan
diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Karena
berdarah campuran, Zainuddin dianggap tak bertalian darah dengan kerabatnya di
Minang. Karena merasa terasingkan, Zainuddin sering curhat pada Hayati lewat
surat hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Seiring berjalannya waktu,
Zainuddin pun memutuskan pindah ke Padang Panjang sesuai permintaan ibunda
Hayati.
Namun
sebelum berpisah, Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia. Namun,
Hayati terpaksa menikah dengan Aziz. Mendengar pernikahan itu, Zainuddin geram
dan pergi ke Surabaya. Di sana, ia menjadi penulis terkenal dan hidup
berkecukupan.
Ternyata
Aziz dan Hayati juga pindah ke Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Lambat laun,
rumah tangga mereka di ambang kehancuran, ditambah lagi Aziz dipecat dari
pekerjaannya. Hayati bersama Aziz yang mulai hancur karena dihantam berbagai
masalah lalu menumpang hidup di rumah Zainuddin. Di balik kebaikan Zainuddin itu,
sebenarnya dia masih sakit hati kepada Hayati yang dulu dianggapnya pernah
ingkar janji.
Tetapi
sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang
harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali
bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta
Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya.
Hayati
pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di
tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal
tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya.
sunting: dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment