Selamat Datang di Blog PSK 07

Sunday 21 November 2010

Komunikasi tradisional

Audi Nur Ichsan, 21 November 2010

Seni pertunjukan Reog Ponorogo merupakan salah satu seni tradisi yang masih hidup di masyarakat. Selain sebagai arena untuk berolah seni, kegiatan seni pertunjukan ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga masyarakat Ponorogo.

Terlebih lagi keberadaan Reog Ponorogo ini pun sekaligus juga sebagai aset budaya yang bisa diperkenalkan kepada dunia luar, terutama guna menarik wisatawan yang ingin berkunjung ke Ponorogo. Memang, reog, merupakan ciri khas kota Ponorogo, sejak dahulu.

Reog Ponorogo merupakan kesenian tradisional yang menggambarkan kekuatan dan keperkasaan sosok Warok. Dalam kesenian reog ditonjolkan tokoh yang menggunakan topeng yang dihiasi dengan bulu burung merak. Topeng sangat besar dan berat, sehingga membutuhkan tenaga yang luar biasa untuk memainkan (biasanya diselimuti aroma mistis).

Tokoh dengan topeng berbulu merak ini diiringi oleh beberapa tokoh lain yang menggunakan atribut sebagai anak buah Warok. Sementara Warok sendiri menjadi tokoh sentral dalam pertunjukan reog. Walaupun seni reog ini berasal dari Ponorogo, namun kini telah banyak berdiri perkumpulan seni reog di berbagai kota di seluruh Indonesia, antara lain di Yogyakarta, Pacitan, dan lain sebagainya.

Bagaimana asal mulanya, walaupun ada beberapa versi yang sebagian besar bersumber dari cerita legenda. Ada dua versi yang menjelaskan asal muasal reog yang didasarkan kepada sumber cerita rakyat maupun legenda. Versi pertama menyebutkan bahwa seni reog timbul sejak zaman Kerajaan Kediri, sekitar abad XI. Diceritakan di wilayah Ponorogo waktu itu bernama Wengker; berdirilah kerajaan yang bernama Bantarangin (konon terletak di wilayah Kecamatan Somoroto sekarang). Kerajaan Bantarangin diperintah oleh seorang raja yang adil bijaksana dan masih muda, bernama Prabu Klana Sewandono.

Raja Bantarangin mempunyai seorang patih yang cerdik dan sakti bernama Pujangga Anom (dalam pertunjukan reog disebut dengan Bujangganang) Suatu hari Prabu Klana Sewandono bermimpi seolah-olah berjumpa dengan seorang putri yang cantik jelita dari kerajaan Kediri, bernama Putri Songgolangit. Seketika sang Prabu jatuh cinta. Ia kemudian mengutus Patih Pujangga Anom untuk melamar Putri Songggolangit.

Putri Kerajaan Kediri itu bersedia menerima lamaran Prabu Klana Sewandono asalkan Sang Prabu mampu mempersembahkan tontonan yang belum pernah ada di dunia ini. Patih Pujangga Anom yang cerdik akhirnya menemukan ide tontonan yang diminta sang dewi itu. Yaitu dengan memanfaatkan Raja Singa Barong yang dikalahkan oleh Prabu Klana Sewandono.

Menurut cerita, Raja Singa Barong konon berkepala harimau dan diatasnya bertengger burung merak. Dengan ditambah bunyibunyian, maka jadilah iring-iringan Prabu Klana Sewandono dan Prabu Singo Barong itu menjadi tontonan seperti yang dikehendaki oleh Dewi Songgolangit. Iringiringan itulah yang kemudian disebut kesenian reog seperti yang kita saksikan sekarang.

No comments:

Post a Comment